Connect with us

Taruhan Nyawa, Melestarikan Anggrek Bulan

Nasional

Taruhan Nyawa, Melestarikan Anggrek Bulan

MUSI RAWAS LK-Pengurus Green House Selangit, Mirhan mengatakan bahwa pencarian anggrek bulan bisa dikatakan sangat sulit, karena harus ke daerah yang agak jauh, dan harus memanjat pohon berbagai macam batang pohon kadangkala ketinggiannya hampir mencapai 30 meter.

“Itupun melakukan pemanjatannya dengan cara manual selain itu kadang itu untuk melakukan pencarian bukan hanya memakan waktu sehari hingga beberapa hari dan sampai menginap di lokasi hutan untuk mencari anggrek bulan,” kata Mirhan.

Mirhan menjelaskan, maka dari itu kami kadang kala untuk melakukan penginapan di dalam hutan kadangkala di dalam hutan itu ada camp, kadangkala untuk di kebun dan di pondok-pondok orang penumpang untuk menginap.

Dan tidak menutup kemungkinan dan apabila kami saya harus jujur untuk melakukan pencarian atau melestarikan anggrek khususnya di dalam hutan dengan cara memanjat, ya bisa dikatakan taruhan nyawa kita sendiri, kalau memanjat batang itu sampai kadang 30 meter hingga lebih

“Yang sulit itu adalah saat melakukan pengambilan anggrek di ujung batang (ranting), kadangkala, untuk mengambilnya menggunakan kayu, cuma kadang kala untuk di batang agak lebih mudah, karena dengan caranya ngambil melakukannya dengan memotong kulit kayu,” ucapnya.

Ia menjelaskan, kalau untuk anggrek itu ada beberapa macam ada sekitar 450 dan untuk anggrek bulan sendiri yang sudah di penangkaran itu ada sekitar lebih kurang sekitar 20 jenis anggrek bulan di konservasi

Mengenai perawatan anggrek sendiri dikatakan tidak sulit dikatakan sulit dikatakan tidak tapi dibilang sulit yang pasti butuh perhatian artinya ada anggrek yang tahan panas dan yang tidak selain itu juga untuk kadangkala perawatan dengan memberikan pupuk.

Dan mengenai untuk mekarnya anggrek itu kadang kala mencapai 3 bulan itu putus yang kita dapatkan di hutan salah satunya hutan yang telah kita mencari anggrek seperti di kecamatan selangit Musi Rawas di daerah kabupaten lahat di daerah provinsi Jambi dan juga ada yang di daerah Bengkulu

“Kadang kala masyarakat tuh tidak tahu makanya kadang kala apabila ada tumbuh di pohon maka ditebang maka roboh karena rata-rata masyarakat mereka nggak tahu bahwa anggrek itu saat ini sulit ataupun sudah mulai terancam punah,” tuturnya.

Sementara itu, Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Lahat Sumatera Selatan, Wahid Nurrudin mengakui Green House Batu Gane merupakan bagian dari kegiatan yang dilakukan BKSDA Sumatera Selatan.

Ia menambahkan, spesies Anggrek yang terkonfirmasi di Wilayah Sumatera ada 1.000 spesies. Sedangkan pihak BKSDA Sumsel berhasil mengidentifikasi 250 jenis.

“250 jenis Anggrek ini kondisinya berada di luar konservasi yang dikelola BKSDA Sumsel. Kemudian dilihat dari profil masing-masing spesies Anggrek itu ada yang saat ini terancam punah, karena adanya peredaran dan perkembangannya yang tidak terkontrol,” jelasnya.

Dari kondisi tersebut, lanjutnya, BKSDA Sumsel berkolaborasi dengan kader konservasi melokalisir Anggrek yang berada di luar kawasan untuk disatukan dalam satu tempat. Pihaknya juga memberikan apresiasi kepada Suryatin warga Desa Batu Gane yang juga kader konservasi, telah menghibahkan lahan untuk dijadikan Green House Anggrek.

“Anggrek yang berserakan itu, dikumpulkan di sini untuk diidentifikasi, kemudian dilihat perlakuan masing-masing dengan harapan dapat berkembang yang kemudian akan dilepas pembohong atau dirilis di lokasi yang sesuai,” bebernya.

Green House Selangit Anggrek
Ia menambahkan, Green House juga memberikan peluang atau peluang kepada sejarawan.

Ia juga meminta kepada pihak BKSDA Sumsel, untuk membuat desain, sehingga tidak hanya mengumpulkan saja. Namun Anggrek dari luar juga harus di isoloasi dan profiling terlebih dahulu.

Ia juga menyampaikan kegiatan Green House yang melakukan identifikasi terhadap spesies Anggrek baru pertama kali di Mura.

Oleh karena itu, sebagai implementasi kolaborasi dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, provinsi, kader konservasi bahkan termasuk pembangunannya yang melibatkan pihak Pertamina.

“Saya minta juga ini menjadi tempat edukasi dan motivasi bagi sejarawan, pelajar untuk lebih banyak,” ceritanya.

Kondisi sekarang dilanjutkannya, ia berharap dengan kondisi sekarang ini telah banyak sekali perkembangan, maka tempat menjadi padat dengan tanaman indukan dan perkembangbiakan.

Sebenarnya masih butuh satu banguan lagi untuk perkembangbiakan, sudah terlalu padat, berharap dengan setelah ini bisa membantu dan berharap bisa membangun tempat kembali.

“Masih butuh dana dari PT Pertamina untuk pembangunan satu lagi, namun selalu dibantu mulai dari perlengkapan dan kebutuhan Anggrek. Semoga kembali lagi untuk perkembangan rumah Anggrek yang baru,” tutunya.(Roem)

Continue Reading
You may also like...
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

More in Nasional

Trending

Terkini

LinggauKlik

To Top